Kamis, 16 Juni 2016

Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang dan Masjid KH. M Bejdo Darmoleksono

rumahsakit
Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang diresmikan oleh Presiden Ke-5 Republik Indonesia oleh Ibu Hj. Megawati Soekarno Putri pada tanggal 17 Juni 2014 di bangun diatas lahan dengan lokasirumah sakit tidak jauh dari Kampus 3 Universitas Muhammadiyah Malang yaitu tepatnya di sebelah timur terminal Landungsari.
Berdiri diatas tanah seluas 9 hektare dan memiliki bangunan utama setinggi 6 lantai dan beberapa bangunan gedung penunjang setinggi 5 lantai dan gedung rawat inap setinggi 3 lantai. Bentuk bangunan yang megah dan tertata rapi dengan ciri khas arsitektur tiongkok, menjadikan RS Universitas Muhammadiyah Malang ini mudah dikenali oleh segala lapisan masyarakat.
Keberadaan RS UMM merupakan bagian dari layanan kesehatan berusaha untuk memberikan pelayanan  terbaik bagi seluruh pasien. Mengusung motto “pelayananku, pengabdianku” mendorong RS UMM agar terus dan terus belajar meningkatkan layanan yang memuaskan masyarakat.
masjida
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) juga memiliki masjid bergaya oriental khas negeri Tiongkok di area rumah sakit (RS) UMM.
Anggaran pembangunan masjid bergaya oriental tersebut kurang lebih Rp 1 miliar, sedangkan pembangunannya satu paket dengan RS UMM di kawasan Tlogomas. “Masjid ketiga yang dibangun UMM ini kita beri nama Masjid KHM Bedjo. Nama itu diambil dari seorang tokoh pembaharu Muhammadiyah Malang pada tahun 1930-an, yakni KH Bedjo Darmoleksono,” katanya.
Ia mengakui, pembangunan masjid lebih dahulu diselesaikan karena lebih penting daripada bangunan rumah sakit. Artinya,  bangunan spiritual harus ditegakkan dulu untuk selanjutnya bangunan fisik.
Dipilihnya nama Masjid KHM Bedjo tersebut Muhajir mengaku bahwa tokoh tersebut memiliki kaitan sejarah cukup erat dengan Muhammadiyah dan UMM.
KH Bedjo adalah mubaligh yang memiliki ilmu agama tinggi dan pernah menjadi pimpinan Muhammadiyah Malang.
KH Bedjo katanya, tidak hanya berdakwah di mimbar-mimbar masjid, juga masuk ke sekolah-sekolah, kampus, radio, dan tulisan di media massa.
Bahkan, katanya, salah satu tulisannya yang berjudul “Islam Sontoloyo” di Suara Muhammadiyah sempat membuat majalah itu dibredel oleh Presiden Soekarno. “Oleh karena itu, kami ingin membangkitkan semangat keteladanan Kiai Bedjo, bukan hanya sebagai ilmuwan keagamaannya, tapi juga kekritisannya,” katanya.
Selain meresmikan Masjid KHM Bedjo, Din juga meresmikan Panti Asuhan dan Pesantren Muhammadiyah di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Pondok dan panti asuhan itu di areal seluas 1,5 hektar, dibangun oleh salah  pengusaha sukses berasal dari wilayah tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar